Jokowi Melompat Jauh, Berguru pada Kodok, Terus Lanjutkan Sesat Pikir Bangun Infrastruktur

Jokowi Melompat Jauh, Berguru pada Kodok dan Terus Lanjutkan Sesat Pikir Membangun Infrastruktur

Penulis : Asaaro Lahagu

Jokowi suka sama kodok. Antara Jokowi dan kodok ada hubungan alami. Itulah sebabnya setelah ia menjadi presiden pun, Jokowi membawa kodok-kodoknya dari Solo ke istana. Jika Jokowi mempunyai hobi langka memperhatikan kodok, itu juga menggambarkan jiwanya yang langka dan mirip dengan spirit kodok. Jokowi menyukai kodok karena suaranya yang mengenakan sekaligus mencuci otak yang penat. 


Presiden Jokowi melepas sejumlah kodok di lingkungan Istana Kepresidenan, Bogor, Minggu, (2/1/2016). (Foto: Setpres-Agus Suparto)
"Supaya kalau malam ada suara kodok. Kwang-kwong, kwang-kwong, kwang-kwong. Kan enak, jadinya fresh otaknya. Masa tiap hari dengarnya sepeda motor, bus, mobil," demikian alasan Jokowi terkait hobi antiknya memelihara kodok. Lalu selain itu apa sebenarnya yang menarik dari kodok itu? Perhatikanlah baik-baik gerakan seekor kodok. Kodok maju ke depan dengan cara melompat. Ya melompat puluhan kali dari ukuran tubuhnya. Satu lompatan kodok, bisa beberapa meter ke depan. Benar-benar jauh, puluhan kali dari ukuran tubuhnya. Lompatan kodok bisa dipercepat tergantung tujuan dari si kodok. 

Cara melompat kodok pun penuh dengan ancang-ancang. Kodok melompat tidak sembarangan, tetapi penuh perhitungan. Sebelum melompat, kodok terlihat tenang, setenang batu. Lalu, dalam kesenyapan seekor kodok tiba-tiba melompat menangkap mangsanya tanpa ampun. Hal yang menarik adalah kodok tidak agresif dalam menyerang lawannya, namun sangat fokus dan penuh perhitungan dalam menekuk mangsanya. Tentu saja jangan mengusik ketenangan si kodok, karena beberapa jenis kodok bisa mengeluarkan senjatanya yang mematikan. Bila dilihat cara berpikir dan cara kerja Jokowi, maka terlihat sekali ada spirit kodok. 

Cara berpikir Jokowi, amat jauh ke depan. Ia merancang dan melakukan sesuatu dengan orientasi jauh ke depan. Dalam mengejar impiannya, Jokowi tidak hanya berlari, tetapi melompat. Hal yang berbeda dengan para pemimpin lain yang hanya berjalan atau paling cepat berlari. Apa bukti-bukti lompatan Jokowi itu? Pertama kali saya mendengar nama Jokowi saat dia masih wali kota Solo. Saat itu ia mendadak tenar ketika ia memakai mobil Asemka sebagai mobil dinasnya. Ia berbeda dengan pemimpin lain saat itu yang berlomba-lomba memakai mobil merk Jepang, Eropa atau Amerika. 

Tetapi saat itu, Jokowi tiba-tiba muncul dengan lompatannya, memakai mobil buatan anak SMK sebagai mobil dinasnya. Jokowi pasti bermimpi bahwa Indonesia sudah harus mempunyai mobil nasional buatan sendiri kelak. Tenar dengan mobil Asemkanya, Jokowi kemudian tiba-tiba melompat mengincar Gubernur DKI Jakarta. Lagi-lagi ia melompati cara kerja Gubernur Petahana Fauzi Bowo kala itu. Jokowi muncul dengan dua lompatan hebat. Pertama, ia mengajari pemimpin lain cara turun ke lapangan dengan metode blusukan. Metode blusukan ala Jokowi ini kemudian membuat daya tarik luar biasa bagi media. 

Tanpa disuruh, media kemudian mengikuti kemana pun Jokowi pergi. Jokowi menjelma menjadi media darling yang luar biasa. Hal kedua adalah Jokowi mempromosi baju kotak-kotaknya yang luar biasa itu mengalahkan seragam dinas Fauzi Bowo. Masyarakat kemudian melihat baju kotak-kotak itu sebagai inspirasi baru. Ya, inspirasi baju kotak-kotak bernuansa merah yang memunculkan harapan baru. Dengan ide blusukan dan baju kotak-kotak, jadilah Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta dengan kombinasi baju kerja, kemeja putih. 

Di DKI Jakarta kemudian, Jokowi terus melakukan lompatan ide dalam membangun Jakarta. Ia menormalisasi waduk, memulai ide proyek MRT dalam mengatasi kemacetan, membangun rumah susun, merevolusi cara kerja PNS DKI, menata berbagai pasar termasuk Tanah Abang, menata PKL, parkir liar dan mengentaskan kemiskinan dengan berbagai kartu pintarnya. Namun Jokowi tidak puas sampai di situ. Jokowi kemudian melompat lagi menjadi Presiden Republik Indonesia. Dalam meraih kursi RI-1, Jokowi melakukan lompatan-lompatan untuk meninggalkan lawannya Prabowo-Hatta seperti konser dua jari dan memicu lawannya melakukan blunder seperti ucapan ‘sinting’ dari Fahri Hamzah. Dan ia menang. 

Setelah Jokowi berhasil menjadi RI 1, ia mulai lagi melakukan berbagai lompatan jauh. Pertama-tama ia menghancurkan sarang mafia di illegal fishing, illegal logging. Lalu dengan berani membubarkan Petral, membekukan PSSI dan merenegosiasi berbagai perusahaan asing termasuk Freeport. Ia kemudia sama sekali tidak tunduk kepada ketua partai, termasuk kepada Megawati. Jokowi kemudian membuat terobosan. Ia mencabut subsidi BBM, Lisrik dan mengalihkannya ke pembangunan infrastruktur. Dengan membangun infrastruktur yang masif, maka  pertumbuhan ekonomi bisa digenjot di tengah pelemahan ekonomi global. Semangat Jokowi yang luar biasa dalam membangun infrastruktur yang sangat masif membuat ia tidak dimengerti oleh teman dan lawannya. Seorang ekonom sekaliber Faisal Basri pun terus mencap Jokowi ‘sesat pikir’ karena ia terus membangun jalan tol trans Sumatera, membangun rel kereta api Jakarta-Bandung dan menunda pembangunan jembatan Selat Sunda. Namun lompatan Jokowi di bidang pembangunan infrastruktur itu, sudah sangat jelas. 

Bagi Jokowi untuk membuat suatu negara menjadi maju, maka infrastrukturnya harus dibangun sedemikian baik sebelumnya. Dengan infrastruktur yang sudah siap, maka sebuah negara dapat melompat jauh menjadi sebuah negara industri. Maka tak heran jika Jokowi terus gencar membangun  rel kereta api, jalan tol yang melintasi  seluruh Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua yang didukung dengan pelabuhan tol laut. Jika tol lintas Sumatera telah siap, maka proyek selanjutnya adalah membangun jembatan Selat Sunda. Nah Ini lompatan berpikir Jokowi yang sulit dimengerti oleh seorang Faisal Basri. Sementara di Jawa, Jokowi memulai sebuah proyek brand kota metropolitian yakni MRT dan kereta api cepat Jakarta-Bandung. Proyek ini ke depan menjadi cikal bakal kereta api cepat Jakarta-Surabaya. Sebuah negara yang maju di era mutakhir ini harus juga mempunyai sarana kereta api cepat untuk menggerakkan manusia yang menginginkan kecepatan. Demikian lompatan berpikir ala Jokowi. 

Soal dana? Jokowi dengan cerdik memanfaatkan dana berlimpah dari China dan meninggalkan Jepang yang terkenal pelit terhadap Indonesia. Lompatan berpikir ala Jokowi selanjutnya adalah memulai pembangunan dari Timur yakni dari Papua. Di sana Jokowi amat gencar membangun rel kereta api, pelabuhan, pabrik dan jalan lintas antar kota. Dengan cara itu, Jokowi akan mencoba meraih hati para putera-puteri Papua dan diharapkan keinginan mereka untuk merdeka akan terhapus dengan sendirinya. Jika itu tercapai, maka Jokowi tidak lagi sibuk mengurusi masalah separatisme di Papua. 

Ia kemudian bisa fokus menjadikan Papua sebagai lumbung pangan dan destinasi baru dalam menggapai impian kejayaan. Lalu bagaimana soal politik? Tentu saja tidak ketinggalan. Sebelumnya Jokowi telah melakukan konsolidasi strategis di bidang politik dengan mengganti Panglima TNI, Kepala BIN, KSAD, Kapolri dan para pimpinan KPK. Terkait rongrongan dari parlemen, Jokowi telah menugasi wakilnya Jusuf Kalla untuk menjadi kapal penyapu ranjau terhadap partai-partai Koalisi Merah Putih. 

JK ditugaskan Jokowi untuk memporak-poraknda KMP dengan berbagai manufer cantik yang kadang menjadi kawan mereka. Berkat taktik jitu Jokowi bersama Jusuf Kalla, maka sekarang Golkar, PPP dan bahkan PKS terus sibuk bertengkar sendiri di internal mereka sehingga tidak fokus mengganggu Jokowi. Padahal penyelesaiannya sangat sederhana. 

Cukup meluncurkan kartu truf yakni SK pengesahan dari Kemenkumham, maka pertengkaran partai-partai KMP itu akan segera selesai. Namun Jokowi bersama Kalla terus memegang dan menahan kartu truf itu agar partai-partai itu sibuk bertengkar dan terus bersaing memproklamasikan dirinya menjadi partai pendukung pemerintah. Itulah lompatan berpikir ala Jokowi yang lahir dari spirit alami sang Kodok. 

Tentu saja sebagai manusia, lompatan yang ditiru dari kodok itu selalu saja ada kelemahannya. Namun dengan kombinasi lompatan yang lain seperti lompatan Sang Kera, Sang Harimau dan Sang Kancil, kelemahan itu bisa diminimalisir. Jika demikian, maka lompatan berpikir ala Jokowi yang dicap sebagai ‘sesat pikir’, bisa berubah menjadi lompatan kegirangan dan menjadi ‘buah pikir’ yang menggairahkan ke depan. 

Salam Kompasiana Akhir Pekan, 

No comments:

Powered by Blogger.