Bahrun Naim Dalang Teror Sarinah Jakarta, Rekam Jejaknya Mengejutkan!
Polda Metro Jaya menyebut Bahrun Naim sebagai dalang di balik aksi teror di Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1/16). Lalu, apa alasan pria yang sejak 2014 diduga tinggal di Kota Raqqah, Suriah itu memerintahkan kelompoknya menebar aksi teror di Jakarta?
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengungkapkan, aksi teror di kawasan Sarinah terkait dengan persaingan sel-sel ISIS di Asia Tenggara.
Menurut dia, sel-sel ISIS di Asia Tenggara ada di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Bahrun Naim, kata dia, ingin menjadi pemimpin untuk kelompok ISIS Asia Tenggara.
Tito mengungkapkan, keinginan Naim menjadi pemimpin ISIS Asia Tenggara dimulai dengan membentuk Katibah Nusantara.
Tito mengungkapkan, Naim juga memiliki keterkaitan dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Santoso Abu Wardah.
Nama Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Naim pertama kali mencuat ke permukaan ketika ditangkap oleh Densus 88/Anti-Teror pada 9 November 2010. Saat itu Naim ditangkap bersama sejumlah barang bukti berupa ratusan butir amunisi ilegal.
Meskipun ditangkap oleh Densus, di persidangan yang digelar di PN Surakarta, Naim tidak dijerat dengan UU Terorisme. Dia 'hanya' dijerat dengan Darurat No 12/1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak. Putusan majelis hakim di PN Surakarta pada 9 Juni 2011 menjatuhkan vonis penjara 2 tahun 6 bulan terhadap Muhammad Naim karena tanpa kewenangan menyimpan 533 butir peluru laras panjang dan 32 butir peluru kaliber 9 mm.
Dalam persidangan Naim menolak disebut sebagai pemilik amunisi tersebut. Dia menyebutkan tas ransel hitam berisi ratusan amunisi tersebut sebagai barang titipan kenalannya yang bernama Purnomo Putro sejak pada tahun 2005. Purnomo hingga saat ini masuk DPO kepolisian atas dugaan terlibat kegiatan terorisme.
Namun demikian dalam tuntutan jaksa maupun vonis hakim, persoalan menyembunyikan informasi tentang keberadaan buron tersebut tidak pernah disebut. Dalam tuntutannya jaksa menuntut Naim dipenjara selama lima tahun hanya untuk pelanggaran menyimpan amunisi tersebut.
Setelah bebas dari penjara, Naim kembali berkiprah bersama jaringannya. Dia kemudian diketahui bergabung dengan kelompok ISIS. Namanya sering muncul dalam pemberitaan hampir setiap kali ada WNI yang diketahui bergabung sebagai simpatisan ISIS.
Nama Naim semakin kuat disebut terkait hilangnya seorang mahasiswi semester akhir di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Maret 2015 lalu. Siti Lestari, mahasiswi asal Demak, terakhir kali berkomunikasi dengan keluarga meminta kiriman uang Rp 3,5 juta untuk biaya perkuliahan. Namun setelah itu dia justru meninggalkan perkuliahan.
Sugiran, ayahnya, mendapat informasi bahwa Siti pindah kontrakan bersama seorang lelaki bernama Bahrun Naim. Setelah didatangi, ternyata rumah kontrakan itupun telah kosong. Siti, kata Sugiran, memang pernah pulang ke rumah bersama seorang lelaki bernama Bahrun Naim yang diperkenalkan sebagai calon suaminya.
Nama Naim kemudian sering dikaitkan dengan klaim dukungan Kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso Abu Wardah yang menyatakan dukungan kepada ISIS. Naim disebut sebagai penghubung utama MIT yang bermarkas di Sulawesi dengan ISIS di Timur Tengah.
Hari ini, di Kantor Presiden, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian mengatakan Bahrun Naim ingin menjadi leader ISIS di Asia Tenggara. Karena itu, dia dan kelompoknya bergerak.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengungkapkan, aksi teror di kawasan Sarinah terkait dengan persaingan sel-sel ISIS di Asia Tenggara.
Menurut dia, sel-sel ISIS di Asia Tenggara ada di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Bahrun Naim, kata dia, ingin menjadi pemimpin untuk kelompok ISIS Asia Tenggara.
"Jadi antarpara tokoh ini (pemimpin sel ISIS di negara-negara Asia Tenggara) ingin bersaing menjadi leader. Oleh karena itu Bahrun Naim merancang serangan ini," ujar Tito di kantor Kepresidenan Jakarta, Kamis (14/1/16).
Tito mengungkapkan, keinginan Naim menjadi pemimpin ISIS Asia Tenggara dimulai dengan membentuk Katibah Nusantara.
"Dia ingin membentuk Katibah Nusantara yang meliputi Asia Tenggara sehingga dia ingin rancang serangan di Idonesia, sehingga supaya dikatakan pemimpin," ungkap Tito.
Tito mengungkapkan, Naim juga memiliki keterkaitan dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Santoso Abu Wardah.
Profil Bahrun Naim, Yang Terlibat Bom Thamrin
Nama Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Naim pertama kali mencuat ke permukaan ketika ditangkap oleh Densus 88/Anti-Teror pada 9 November 2010. Saat itu Naim ditangkap bersama sejumlah barang bukti berupa ratusan butir amunisi ilegal.
Meskipun ditangkap oleh Densus, di persidangan yang digelar di PN Surakarta, Naim tidak dijerat dengan UU Terorisme. Dia 'hanya' dijerat dengan Darurat No 12/1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak. Putusan majelis hakim di PN Surakarta pada 9 Juni 2011 menjatuhkan vonis penjara 2 tahun 6 bulan terhadap Muhammad Naim karena tanpa kewenangan menyimpan 533 butir peluru laras panjang dan 32 butir peluru kaliber 9 mm.
Dalam persidangan Naim menolak disebut sebagai pemilik amunisi tersebut. Dia menyebutkan tas ransel hitam berisi ratusan amunisi tersebut sebagai barang titipan kenalannya yang bernama Purnomo Putro sejak pada tahun 2005. Purnomo hingga saat ini masuk DPO kepolisian atas dugaan terlibat kegiatan terorisme.
Namun demikian dalam tuntutan jaksa maupun vonis hakim, persoalan menyembunyikan informasi tentang keberadaan buron tersebut tidak pernah disebut. Dalam tuntutannya jaksa menuntut Naim dipenjara selama lima tahun hanya untuk pelanggaran menyimpan amunisi tersebut.
Setelah bebas dari penjara, Naim kembali berkiprah bersama jaringannya. Dia kemudian diketahui bergabung dengan kelompok ISIS. Namanya sering muncul dalam pemberitaan hampir setiap kali ada WNI yang diketahui bergabung sebagai simpatisan ISIS.
Nama Naim semakin kuat disebut terkait hilangnya seorang mahasiswi semester akhir di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Maret 2015 lalu. Siti Lestari, mahasiswi asal Demak, terakhir kali berkomunikasi dengan keluarga meminta kiriman uang Rp 3,5 juta untuk biaya perkuliahan. Namun setelah itu dia justru meninggalkan perkuliahan.
Sugiran, ayahnya, mendapat informasi bahwa Siti pindah kontrakan bersama seorang lelaki bernama Bahrun Naim. Setelah didatangi, ternyata rumah kontrakan itupun telah kosong. Siti, kata Sugiran, memang pernah pulang ke rumah bersama seorang lelaki bernama Bahrun Naim yang diperkenalkan sebagai calon suaminya.
"Terus terang saat itu kami tidak setuju karena lelaki itu masih punya istri dan juga sudah punya anak. Kami dengar informasi saat ini Bahrun Naim itu sekarang suah berada di Suriah. Kami tidak tahu persis keberadaan Siti saat ini," ujar Sugiran kepada wartawan saat itu.
Nama Naim kemudian sering dikaitkan dengan klaim dukungan Kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso Abu Wardah yang menyatakan dukungan kepada ISIS. Naim disebut sebagai penghubung utama MIT yang bermarkas di Sulawesi dengan ISIS di Timur Tengah.
Hari ini, di Kantor Presiden, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian mengatakan Bahrun Naim ingin menjadi leader ISIS di Asia Tenggara. Karena itu, dia dan kelompoknya bergerak.
"Kelompoknya sudah kita ketahui dan sedang dilakukan pengejaran," kata Tito memberikan keterangan pers bersama Menko Polhukam Luhut Panjaitan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Seskab Pramono Anung.
No comments: