Gubernur Aher Minta Saudi Kembangkan Radikalisme Wahabi di Jabar




Healmagz.com - Video perbincangan Gubernur Jawa Barat di sela-sela perjalanan umrahnya 2 Februari 2016 bersama pejabat lembaga dakwah dan masyaikh Saudi Arabia (SA) cukup mengejutkan banyak kalangan. Karena tanpa beban, gubernur mengemis bantuan dana pendidikan kepada SA dan berencana membangun 30 pondok pesantren beraliran Salafi Wahabi di seluruh Jawa Barat (Jabar) dengan menjual isu Sunni-Syi’ah.

Video berdurasi sekitar 6 menit itu pertama kali dishooting dan diunggah seorang Salafi Wahabi Yaman asal Cirebon bernama Abdullah Salim Salmin, yang juga masih kerabat dekat dengan Fathi Yazid Attamimi pegiat donasi untuk Suriah. Tapi entah kenapa video tersebut langsung dihapus. Barangkali karena alasan ditegur para ustadz Salafi Wahabi demi dakwah di Indonesia. Akan tetapi video tersebut dengan cepat menyebar dan sudah banyak yang mengunduh kemudian mengunggahnya kembali dan membagikan ke media sosial.

Wahabi dan Gerakan Radikal
Modus Gubernur Aher adalah sangat lazim di kalangan Wahabi untuk meminta dana kepada Saudi Arabia dengan proposal pendidikan, juga demi membendung perkembangan mazhab Syi’ah. Hanya saja belum ada yang terekam dan terekspose secara langsung seperti video di atas.
 
“Alhamdulillah Allah menunjukkan borok dan kebejatan Salafi Wahabi dalam berperan melakukan provokasi kebencian sektarian antar kaum muslimin Indonesia,” kata laman Satu Islam, Jumat, 5 Februari 2016. Aher menyebutkan bahwa setiap tahun ada 3000 pelajar Indonesia yang dikirim ke sekolah Iran, dan meminta agar Arab Saudi juga memberikan beasiswa sebanyak itu.

Kebohongan Aher sangat kontras dengan data dari KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang menunjukkan bahwa warga Indonesia di Iran yang mengikuti pemilu 2014 adalah 289 orang. “Angka ini jauh berbeda dengan klaim Aher bahwa setiap tahun ada 3000 orang Indonesia dikirim belajar di Iran,” katanya. Dan seorang pengurus IKMAL (Ikatan Alumni Jamiah al-Mustafa, lembaga alumnus Iran di Indonesia) menyatakan, total alumnus Iran sejak berdirinya Republik Islam Iran (1979) hingga kini tercatat hanya 270 orang.

“Pemerintah dan kaum muslimin Indonesia harus peka dan waspada akan sepak-terjang kelompok Salafi Wahabi,” ungkapnya. Karena banyak dari mereka yang menginginkan konflik antar mazhab yang sekarang tengah terjadi di Timur-Tengah dibawa ke Indonesia. “Karena platformnya penegakkan khilafah dengan “memurnikan” ajaran Islam dan menyesat-kafirkan kaum muslimin yang berbeda pemahaman dengan mereka,” terangnya.

Salafi Wahabi adalah sebuah faham pemikiran yang tidak sesuai dengan mayoritas muslimin Indonesia yang ingin merepresentasikan Islam rahmatan lil alamin. Maka dari itu pemerintah harus bersikap tegas akan massifnya penyebaran faham radikal Salafi Wahabi ini di semua lini. Bahkan mereka menyusup di dalam pengajian kantor pemerintah sampai mencetak buku agama dari TK samapi SMA dengan muatan faham radikal terselebung.

“Sebuah penyadaran dan edukasi yang berkesinambungan dan tepat sasaran sudah harus mulai dipikirkan dan segera dijalankan demi generasi dan ketenteraman kita berbangsa dan bernegara di negeri Pancasila yang kita cintai ini,” pungkasnya. (Nabil)/santriews.com

No comments:

Powered by Blogger.